Asrama Putri : Terjerat Aturan Baru

Kalau biasanya di malam libur kami bakal muroja'ah atau tilawah, halaqoh hari ini agak berbeda. Tetep di buka pake salam, tetep ditanyain kabar terus jawabannya "Alhamdulillah, luar biasa, lulus UN, masuk PTN, gek ndang nikah, allahu akbar!!!" tetep ada pembukaan puji syukur kita hanturkan kepada blabla tak lupa shalawat serta salam untuk blabla.
Dan setelah kegiatan monoton itu, kami malah main truth or dare.
Meskipun TOD nya gagal, tapi mereka yang kena giliran kudu cerita apapun. Jadi ada yang cerita soal takdir, Turki, sampe sejarah sihir.

Kemudian waktu adzan Isya, tiba-tiba ustadzah bilang ke aku kalau habis salat jangan langsung ke kamar dulu.
Seketika hati ini degdeg an nggak jelas, secara kalau ustadzah udah mengisyaratkan mau bicara empat mata itu berarti dua hal : 1) kamu udah atau sedang melakukan kesalahan dan 2) ada permintaan bantuan yang hendak diajukan.

Namun melihat situasi serta kondisi, aku berada di posisi nomor satu, sayangnya, aku tau persis apa kesalahan ku. Jadi setelah salat Isya, aku berhadapan sama ustadzah

U : Shofwa tadi pagi nggak ikut halaqoh ya
S : Ehehehe, iya us
U : Karena nggak ikut halaqoh dengan alasan yang syar'i, ini ditulis dulu (nyodorin buku pelanggaran)
S : (sambil nulis) iqob nya cuma ini atau. . .
U : Ada lagi
S : Apa?
U : Buat Shofwa mah iqob ini kecil
S : (senyum kecut dalam hati) nih us, udah selesai nulis
U : Kalau telat salat berjama'ah poinnya 5, nggak ikut halaqoh poinnya 10. Jadi Shofwa nulis 10 halaman alquran di folio (ngasih empat lembar folio)
S : Lho, kok cuma empat lembar
U : . . . .
S : Oh iya, kan 10 halaman alquran ya. Kirain 10 halaman folio. Nulisnya dimana?
U : Sebenernya harus di sini (tempat salat-red) tapi karena ustadzah baik jadi tulisnya di kamar aja besok pagi baru dikumpulin.
S : Okedeh.

Aturan tentang dapat poin dan nulis ayat alquran karena nggak ikut kegiatan Asrama baru diresmikan sekitar satu pekan, tentu aja kami (anak Asrama-red) pada nggak setuju karena hal tersebut bikin kami tergesa-gesa tapi kami mah apa atuh, hanya sekumpulan manusia yang ada di titik terendah piramida kekuasaan sekolah. Aku aja curiga selama ini kalau kami protes kayaknya nggak pernah di proses, hanya didengar bagai angin lalu.


Waktu balik ke kamar pikiranku masih positive, "ah cuma 10 halaman doang." Dan fakta yang terjadi adalah, setelah ditemani oleh sebotol pocari sweet dan sekotak nescafe french vanilla, ditambah mengistirahatkan diri dengan bersihin kipas angin. Aku belum juga menyelesaikan ah cuma 10 halaman doang ku meanwhile per halaman rata-rata membutuhkan waktu 25 menit untuk disalin. Arghhh, pegel tangan aing disuruh nulis banyak-banyak. Mana setelah beberapa halaman, tulisannya makin acak adul yang aku pun nggak punya minat buat baca tulisan sendiri. 

Mungkin tahun depan di brosur sekolah perlu ditambahkan kalimat, "Mencetak lulusan yang memiliki kerapian dalam menulis arab."

Aku mengakui, bagi yang udah pernah terkena aturan ini pasti bakal kapok buat melanggar lagi. Kalaupun suatu saat melanggar untuk kedua kalinya, bisa dipastikan itu bukanlah kesengajaan. Walaupun peresmian aturan ini nggak disambut air mata kayak berita pembuat shock beberapa hari lalu, dan juga nggak sejelek sistem hafalan sekarang yang bikin hilang semangat. Aturan ini cukup efektif, semoga tetap dipertahankan dan dilaksanakan.

Tapi jumlah halaman yang perlu disalin tolong dikurangi.


1 komentar